Kamis, 17 November 2011

WAKTU

Pagi itu, ketika membuka inbox..beberapa message terpapar di situ.  Ada dari seorang temen yang sedang “bingung” dg syndrome CLBKnya , ada juga teman Fb yang curhat ttg suaminya yang selingkuh sama teman satu jemputanya (wakz???),ada pula seorang  seorang kerabat yang giat melancarkan semangat marketingnya, pengumuman2 lomba menulis,agenda arisan dan tak’lim,ada juga beberapa event kegiatan kepenulisan dan pergowessan dimana kedua hal tersebut menjadi aktivitas “penunjang”  saya akhir2 ini, dan beberapa message lainnya.

Tapi, diantara semuanya…ada satu tulisan yang menggelitik saya. Membuat sayatertegun dan mencoba menelusurinya ke dalam hati saya dengan lebih tenang.
Tulisan dari seorang motivator “Isa Alamsyah” dengan komunitas BISA nya…
Beliau memaparkan tentang “waktu buat anak2” …sangat2 membantu saya  ditengah rasa keterpurukan oleh kejenuhaN yg terkadang datang menghampiri...

MALAM YANG PENING

Dua hari ini kondisi saya memang sedang drop. Mungkin karena kecapean, sudah hampir seminggu ini saya  menunggui anak yang sedang ulangan di sekolah. Memang sebenarnya, gak perlu….tapi kondisi anak saya yang kedua ini memang “berbeda” dg kakaknya, dan saya sangat mengenali karakter anak saya ini. Dia akan  merasa “nyaman” saat ibunya ada didekat dia saat2 seperti itu.
Mungkin sebagian ibu lainnya, mengatakan itu membuat anak tidak “mandiri”, manja dsb…tp buat saya, selagi saya bisa memberikan rasa “nyaman” yang dibutuhkan anak saya, knp tidak?? Dan pembelajaran tentang “kemandirian” saya rasa ada Bab tersendiri , dimana anak pun akan bisa merasakan itu jika dalam kondisi yang diperlukan.

Malam tadi…
Kondisi saya benar2 buruk. Badan panas dan demam, tapi saya melihat anak saya masih belum faham dengan  materi ulangan untuk besok. Mau tak mau, saya tetap harus mengajarinya. Mungkin, situasinya akan lain jika saya sedang sehat…tp malam td lain. Suara saya agak meninggi, dan mulai gak sabar.Syukurlah, Emosi masih bisa kutahan.
Selesai dengan  satu anak, kini kakaknya yg  mulai “minta perhatian”, minta diajari juga. Makin malam, kepalaku makin pening. Kalau sudah begini, usai semua tugas,langsung chating deh sama bapaknya anak2 nun jauh disana.  Menumpahkan semua unek2 ,keletihan dan emosi…..
Seperti biasa suami selalu membesarkan hati saya, bahwa semua itu  harus dijalani dengan sabaar….dan membesarkan hati saya, bahwa saya pasti mampu mengatasi semua itu. Amiin..*thx, say..
Pfyuuiiih….


GALAU HATI

Apakah tulisan ini bisa dijadikan sharing atau apa, entahlah…yang pasti sy hanya ingin menjawab “pertanyan” hati saya dan juga pertanyaan dari ibu2 teman laiinya yang kemaren2 sempat datang pada saya.
“Sampai kapan sih kita seperti ini?? Mengurusi rutinitas ini –itu? Kadang aku jenuuh….Ambu” begitu teman saya mengeluhkan.

Saya pun sering seperti itu, merasa jenuh dengan aktivitas yang sama dari hari kehari…tapi kembali kepada niat semula, bahwa ini menjadi “pilihan” . Alangkah baiknya jika pilihan yang telah kita “pilih” bisa kita nikmati dengan indah….
Mungkin manusiawi jika terkdang ada galau ….ingin begini…ingin begitu…terkadang kangen dengan “waktu sendiri” , terbebas dari semuanya  atau hal lainnya…
“aahhhh…bagaimana bisa?? Trus anak2 dan kerjaan rumah gimana??”
Yupps….
Galau  daahhh…..kalau kejenuhan itu terus disimpan  dan akhirnya jadi keluhan,…imbasnya kita jadi termasuk orang yang tidak ikhlas…..walahhh!!
Maka…
Jangan juga merasa bersalah jika  sesekali kita “mengentertaint” diri kita dengan “meluangkan” waktu hanya buat diri sendiri….
Semua yang kita peroleh dari keseimbangan nurani itu akan kembali pada perasaan bahagia bersama anak-anak…
Dan….saat anak2 memang membutuhkan kita, maka curahkanlah perhatian full buat mereka.

Saya kutip sedikit tulisan dari Isa Alamsyah:

“Salah satu yang paling dibutuhkan anak dari orang tua adalah "WAKTU" Paling ideal adalah memberikan KWANTITAS dan KUALITAS WAKTU. Kalaupun belum sanggup minimal KUALITAS WAKTU. Waktu berkualitas adalah PERHATIAN. Di antara kebutuhan waktu tersebut ada yang disebut MOMENTUM. Hadiah waktu terbaik adalah MOMENTUM yang TEPAT. Dan MOMENTUM yang tepat adalah saat mereka MEMBUTUHKAN. Kapan saat anak-anak membutuhkan ORANG TUA, ya saat mereka meminta dan datang kepada kita.”

maka…sebisa mungkin kita bisa memberikan waktu kita buat mereka dan selalu berada didekat mereka saat mereka membutuhkan adalah hal yang paling berasalan buat saya meninggalkan semua “keinginan” dan  “rasa letih” ini. Karena HADIAH terbaik adalah hadiah yang diberikan saat dibutuhkan.
buat saya pribadi, saya "menghadiahkan" diri saya mengantar dan menjemput mereka ...kalau itu membuat mereka merasa senang dengan itu semua. Entah knapa..ada kebanggaan tersendiri, saat si adek selalu langsung menghambur memeluk saya jika keluar dari kelas....atau mereka berebut mencari tangan saya utk mereka cium. Subhanallah, nikmat apalagi yang dicari seorang ibu seperti saya...selain itu???


MEREKA JAUHH LEBIH BERHARGA….

Saya pun teringat, saat kejadian beberapa tahun yang lalu…..
Saat itu kami  sedang dalam perjalanan liburan. Anak-anak begitu semangat dengan perjalanan ini. Tiba-tiba saja, ketika sedang istirahat di salah satu Rest Area Cipularang….ada telpon masuk ,  beberapa masalah dalam kerjaannya suamiku, kulihat dia sedikit bingung …
Tapi….dengan semangat dan keinginan “membahagiakan” anak-anak….suamiku berucap,
Aaahhh….gak usah dulu difikir sekarang deh, waktu bersama anak-anak…jauh lebih penting!! Ketawanya si kakak…dan teriakan girang si adek jauh lebih berharga!!” katanya sambil memasukkan Hp ke sakunya.

Yupp…Kulihat…keceriaan terus ada sepanjang liburan itu. Mungkin anak2 perlu “mengerti” akan kesibukan orangtuanya, tapi jangan pernah “memaksakan” mereka ikut merasakan kegundahan orangtuanya. Dan saat itu…Suamiku benar2 menunjukan ke”professionalannya” sbg bapak….
Dia berusaha jadi yang terbaik saat liburan…dan itu tanpa mengurangi keprofesional dia dalam kerjaan tentu. Yaaa….namanya lagi cuti, ya cutiiilah dg professional he he….

Saya kutip lagi tulisan Isa Alamsyah ttg WAktu :

Karena itu, BUAT WAKTU untuk anak anak. Jangan KALAU ADA WAKTU. Kalau kesejahteraan finansial belum cukup maka berikan WAKTU. Waktu yang Anda miliki, dengan waktu yang dimiliki orang terkaya di dunia jumlahnya sama, 24 jam sehari. Gunakan kekuatan WAKTU untuk membahagiakan anak. Jangan katakan KALAU ADA waktu, karena SELALU SAJA ADA KESIBUKAN. Waktu HARUS DISEDIAKAN, dan DISIAPKAN dan DIJATAHKAN untuk anak-anak kita”
KArena..
Waktu bersama meraka tak akan lama…
Tanpa kita sadari, semakin beranjak besar….semakin meraka punya kegiatan dan keinginan mengisi “waktu” ala mereka sendiri….
Seperti saat ini, si kakak sudah mulai enggan saya ajak pergi…”enakan di rumah, chating ma temen2…he he”, atau si Adek yang langsung bikin banyak “syarat” kalo diajak pergi, “pokoknya aku mau ikut asal nanti dibeli’in ini atau ini ya Bu….” Ha ha…
Maka…
Tak ada alasan untuk jenuh….tak ada alasan untuk galau…selagi mereka masih “meminta waktu” kita….hayolahhhhh….buang tuh jenuh…buang  tuh letih!!
….dan, disaat yang lain…CARI pula WAKTU buat hidup kita sendiri…..berolahraga, berkuliner, menjalani hobby, atau sekedar membaca dan  menonton DVD di malam hari saat mereka tengah terlelap….rasanya cukup buat hari menjadi Rileks kembali.

Belajar menikmati hidup dengan membagi WAKTU…
tak ada alasan untuk jenuh dan galau !!

Asyik kan??!



------------------------------------------ notes  ini kutulis untuk "menyemangati hati" sendiri-------Ambu Susan--------------------

Rabu, 09 November 2011

TAK SELALU

Seperti biasa, jam 10 pagi adalah waktunya antar bekal makan siang buat anak-anakku. Belum sampai gerbang, seorang bocah laki2 gendut berlari menghampiri , "Mama Haya, tadi Haya larang2 aku maen sama teman baru..!!", katanya sambil terengah-engah. Ambu hanya mengernyit sedikit. hemm.. ada apa nih anak koq tumben...?

 Sampai di kelas, kulihat anakku sedang duduk termenung. Matanya masih terlihat sembab, tapi sepertinya dia tak mau bercerita banyak. Sampai akhirnya kutanyakan tentang ucapann bocah gendut, temannya tadi "Dek, kata temenmu ...tadi kamu larang2 dia maen sama teman baru ya??", tanyaku hati-hati. Tanpa kuduga, matanya langsung melotot., gerahamnya dikatupkan seperti menahan emosi. "Tuuuuuh kan....dia emang begituu, pasti mau ngadu dan fitnah aku lagi!!!...huuuu huuu huu...", anakku langsung berlari ke bangkunya sambil menahan tangis. 
Teman-temannya langsung mengerubuti Haya...mereka pun berebutan bercerita tentang "keributan" antara anakku dan bocah itu. Menurut mereka, anakku di usili, tapi anakku melawan, dan bocah itu mengancam akan menumpahkan lem dibangku anakku, hingga anakku menangis. begitu menurut cerita mereka.....
hehehe...oalaahhh...hanya itu saja. Ambu pun  tak mempermasalahkan...namanya anak2....

Tapi, bukan itu yang menjadi inti perenunganku siang itu. Pertanyaan Haya, anakku....disela isak tangisnya tadi, dia sempat bertanya,
"Ambu...gimana sih bisa seperti Ambu waktu kecil?? kata Ambu...Ambu gak pernah berantem sama temen, Ambu gak pernah punya musuh....Aku tadi udah tahan gak nangis, gak marahin dia....pengen sabar kayak Ambu waktu kecil dulu, tapi aku gak kuat...aku kesel!!", desisnya, sambil menatap tajam temennya yang "katanya" usil itu.

Ambu tersentak!!, yeaaah....terkadang untuk memberikan pembelajaran yang baik, Ambu sering cerita tentang masa2 kecil Ambu yang indah dan damai...tanpa berantem, tanpa musuh...!! tapi bukan berarti selamanya indah....
seeperti halnya, anakku, akupun banyak mengalami hal-hal yang tak nyaman....
yang tak enak untuk diceritakan...

Bahkan....mungkin tak layak digambarkan pula ...

Ambu pun punya beragam cerita biru...cerita haru..bahkan cerita kelu...

Hanya saja, cerita2 itu...hanya menghias kalbu saja, tanpa perlu yang lain tahu...cukup jadi penghias perjalanan hidupku saja...

Tohokan tajam di ujung pertanyaan anakku tadi, "Ambu bisa sabar sama teman gimana caranya??"
Upss....
Malu sekali Ambu mendengarnya..
Karena Ambu tak punya sabar sebesar yang anak2 mungkin lihat...
Bahkan, Ambu seringkali memendam rasa marah dan emosi itu dalam diam...tapi perlahan-lahan menusuk-nusuk sendiri hati ini dengan erangan panjang,..
sakit yang berkepanjangan, membuatku terkadang geram" dan menerjang ...membabi buta, walau bentuknya bukan menyerang mengajak perang...

Ambu pun lebih sering terlihat marah jika sedang tertekan
sering melotot tajam jika sedang menerangkan mereka ttg sulitnya pelajaran  
dan anak2ku tahu itu...
protes mereka kadang menghantam ulu hatiku, "Ambu sih gak pernah ada di kelasku....jadinya gak tahu gimana  guru itu neranginnya..gak jelas banget..." keluh mereka.

Yeaahhh, apakah "mengerti kesulitan" mereka itu aku harus ada di posisi mereka dulu?? biar Ambu jadi sabar dan mengerti apa yang mereka keluhkan?
yeaahhh...
kadang, kita bisa sabar dalam satu hal...tapi dalam hal yang lain kita tak bisa gelar sabar itu

harusnya....
sabar itu tergelar di mana saja...di apa saja...dan pada siapa saja...


Saat ini pun sabar itu sedang  mengujiku, mengoyak keegoisanku..
tentang inginnya dipandangi...dari berbagai posisi
, diberi empati dari sudut hati

Maaf...maaf...
"sabar" itu sedang tak ada disini. 
 .
agar sabar ta k terus menerus hilang, maka kubiarkan "diam" sebagai pengganti
mudah2an...kesabaranku berdiam diri, bisa menghilangkan egoisku untuk mencaci maki

 Astagfirullah!!

hanya minta perlindungan-Nya...agar senantiasa memberiku lautan kesabaran tak terkira., suatu makna yang masih terus kucari sampai saat ini.
seperti apakah Sabar itu??? 
katanya....sabar itu mampu manahan emosi
katanya....sabar itu mampu memafkan dan melupakan !!
dan yg terpenting
katanya...sabat itu menerima segala ketentuan-Nya..
.....


Jika saja ada Fakultas khusus yang mengajari tentang mata kuliah SABAR, mungkin akan kuikuti semuanya..

karena Ambu ingin...lulus di semua asfek mata pelajaran sabar itu, baik teori maupun prakteknya!!


______  Teriring terima kasihku buat semua yang telah menguji kesabaranku selama ini, terima kasih.....dan maafkan Ambu jika telah menodai kesabarn itu dengan ketidaksabaran>>>>>>>>>